Aktris cantik Carissa Puteri ternyata sempat mengalami kendala saat harus memberikan air susu ibu (ASI) pada buah hati pertamanya, Quenzino Acana Naif. "Saat menyusui saya benar-benar pengorbanan banget. Anak sempat bingung, puting jadi harus relaktasi ulang. Sekarang saya bangga sudah berhasil lewati itu dan memberi ASI eksklusif selama enam bulan," kata Carissa usai acara Bagimama yang sekarang sedang berjuang relaktasi, atau ingin sekali relaktasi namun kurang mendapat dukungan, boleh simak cerita mbak Dwi dari Batam yang berhasil relaktasi setelah 2 bulan tidak pernah menyusui bayinya sejak lahir. Ini bukti bahwa niat kuat dan dukungan banyak pihak, membuat mama berhasil relaktasi. "Halo para mama seKepri. Setelah2 hari dirawat, alhamdulillah adik kanaya mau menyusu di PD-ku, meskipun masih bingung puting tapi aku seneng bgt liatnya. Dan paginya, menyusul kakak kirana juga mau menyusu. Total 4 hari aku dan twins dirawat untuk melakukan relaktasi.. alhamdulillah relaktasiku bisa dibilang berhasil! Meskipun memang ASIku belum banyak keluar, tapi Vay Tiền Online Chuyển Khoản Ngay. Skip to content Beranda / Ibu dan Anak / Kehamilan / Relaktasi, Tips Menyusui Kembali Setelah ASI Berhenti Relaktasi, Tips Menyusui Kembali Setelah ASI Berhenti Menyusui adalah kewajiban seorang ibu untuk memberikan nutrisi terbaik berupa ASI pada anaknya. Namun kadang ibu mengalami beberapa kendala sehingga produksi ASInya berhenti total. Bagi ibu yang mengalami hal tersebut, bisa melakukan relaktasi agar dapat kembali menyusui ASI yang berhenti dapat terjadi karena beberapa hal, misalnya ibu harus menjalani rawat inap, stres, atau harus terpisah dari bayi untuk bekerja. Jika ibu memutuskan untuk kembali menyusui anaknya setelah berhenti menyusui tanpa melihat berapa lama laktasi berhenti, hal ini disebut dengan relaktasi atau kembali menyusui. Kegiatan relaktasi juga didasari oleh pemberian susu formula yang tidak cocok bagi bayi, hingga bayinya perlu mendapat perawatan khusus di rumah sakit. Pada beberapa kasus ditemukan bahwa dalam situasi bencana, relaktasi merupakan hal yang wajar dilakukan dan perlu mendapat dukungan banyak pihak. Meskipun terdengar melegakan, namun perlu diingat bahwa relaktasi bukan sebuah proses yang mudah. Upaya ini membutuhkan waktu beberapa minggu tergantung pada usia bayi, jeda waktu berhenti menyusui dan kondisi kesehatan ibu. Hal-hal tersebut dapat memengaruhi hasil relaktasi, namun upaya relaktasi tetap perlu didukung dan hal ini baik untuk membentuk ikatan antara ibu dan bayi. Untuk memulai melakukan laktasi, perlu diketahui bahwa hisapan bayi adalah hal terbaik untuk merangsang payudara dalam memproduksi dan mengeluarkan ASI. Untuk dapat mengeluarkan ASI secara efektif, bayi harus dapat melekat dengan baik pada payudara. Pastikan bayi melekat dengan baik pada payudara seperti mulut terbuka lebar, dagu bayi menempel pada payudara ibu, dan areola bagian bawah masuk ke dalam mulut bayi. Pada proses relaktasi, mungkin bayi tidak segera mau melekat dengan baik. Bila bayi mau melekat dan mengisap, ibu bisa menyusuinya dengan memerhatikan proses pelekatannya dengan baik. Susui selama 15-20 menit setiap dua jam. Jika bayi merasa belum tertarik atau tidak nyaman, jangan menyerah. Coba lagi beberapa saat ketika ia mulai mengantuk. Cara lain, Anda bisa menyusui di saat malam hari. Bayi biasanya ingin menyusu ketika malam hari sebegai pengantar tidur. Coba susui bayi saat malam karena hal ini juga berpengaruh pada produksi ASI. Ibu juga bisa mengonsumsi makanan atau suplemen yang dapat meningkatkan produksi ASI. Dengan produksi ASI melimpah, bayi juga akan semakin puas mengisap ASI dari payudara ibu. Jika bayi belum mau menyusu sedangkan produksi ASI cukup banyak, maka ibu bisa memerahnya agar payudara dapat terus memproduksi ASI. Waktu yang dibutuhkan untuk relaktasi sangat bervariasi, umumnya produksi ASI akan lancar setelah 1-6 minggu proses relaktasi, dan ada juga yang lebih cepat, yaitu sekitar 4 minggu. Jika Anda masih dalam proses relaktasi, maka bersabarlah sebelum akhirnya berhasil menyusui kembali bayi Anda. Selamat menyusui!. DokterSehat © 2023 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi Hasil pertemuan pertama saya dengan konselor laktasi tanggal 30 September 2015 adalah saya diarahkan untuk relaktasi. Kali ini cerita bagian pertama pengalaman relaktasi saya, sejak awal relaktasi hingga Akas berusia 6 bulan. Relaktasi saya tidak berhasil dalam waktu singkat, makanya ceritanya jadi panjang lagi, Perjalanan ASI Akas 3 Mencari Konselor Laktasi, dari Bukittinggi hingga BalikpapanOia sebenarnya konselor laktasi saya, dr. N, tidak pernah menyebut kata relaktasi, beliau bilangnya Relaktasi dan SuplementasiPengalaman Memulai Relaktasi7 Oktober 2015, Konsultasi Kedua21 Oktober 2015, Konsultasi Ketiga Akas 4 Bulan28 Oktober 2015, Konsultasi Keempat17 November 2015, Konsultasi Kelima Akas 5 Bulan30 November 2015, Mencoba Konsultasi ke Dokter LainTentang Relaktasi dan SuplementasiDulu saya menyimpulkan makna relaktasi dari arti harfiah aja. Relaktasi = menyusui kembali. Jadi artinya usaha untuk menyusui kembali setelah sebelumnya ibu berhenti menyusui. Berhenti menyusui penyebabnya bisa macam-macam, misal bayi tidak mau lagi menyusu karena bingung puting, ibu dalam pengobatan yang mana obatnya tidak aman untuk bayi, teman saya pernah memberikan link blog dr. Maharani ini. Hanya saja saat itu saya merasa itu bukan solusi yang tepat untuk saya, karena saya selalu menyusui Akas setiap hari. Saya juga ga merasa Akas bingung puting. Di sisi lain saya ga tahu di mana bisa mendapatkan peralatan yang saat dr. N mengajarkan suplementasi saya ga surprise lagi, kan sebelumnya sudah pernah baca. Tapi saya jadi lebih ngerti praktiknya karena langsung dicobakan di saya baru tahu bahwa buat ibu-ibu seperti saya yang masih menyusui tapi bayinya juga minum sufor, lalu ingin berhenti ngasih sufor, juga termasuk Perjalanan ASI Akas 1 Saya Gagal Memberikan ASI EksklusifLalu apa bedanya dengan suplementasi? Ada artikel ini yang bahas, tapi dulu saya agak bingung juga memahaminya. Sekarang saya ambil kesimpulan sendiri aja relaktasi itu ikhtiarnya secara keseluruhan, suplementasi ini teknisnya menggunakan lactation aid.Suplementasi yang diajarkan dr. N sedikit berbeda dengan yang dijelaskan di tulisan dr. N menggunakan nasogatric tube NGT/feeding tube/sonde dengan panjang 100 cm, bukan 40 cm. Nomornya sih sama, juga. Kata dr. N biar alirannya lebih panjang sehingga bayi bisa lebih lama menghisap payudara N ngajarinnya ga perlu pake spuit untuk wadah ASIP/sufornya, cukup masukkan saja ujung NGT-nya itu ke susu dalam botol/gelas. Lebih praktis dan hemat sih rasanya. Saya belakangan pilih pakai botol dan dot, ujung dot saya gunting untuk memasukkan N tidak menyebutkan plester untuk melekatkan NGT di areola, cukup diselipkan aja di sudut mulut bayi saat menyusu. Belakangan saya pake selotip juga untuk nempelin NGT di dada, biar NGT-nya ga gerak-gerak aja sih, itupun selotip biasa aja, hemat, N meresepkan saya Domperidone dengan dosis 3×1 tablet, bukan 3×3 tablet. Tampaknya dr. N kasih saya dosis rendah dulu karena melihat jumlah sufor yang diminum Akas saat itu tidak terlalu banyak, yakni 3×90 mL/ jadinya begini dari pengalaman relaktasi ngikutin prinsip fisika sederhana aja susu di botol ngalir jika bayi menghisap, jika ingin aliran susu lebih deras maka tinggikan posisi botolnya, dan jika ingin alirannya lebih lambat maka rendahkan posisi pengalaman relaktasi dengan memakai suplementasi ini penuh tantangan. Saya masih belum bisa nyiapin susu dan masang NGT-nya sendiri sambil gendong Akas, jadi saya mesti dibantu. Masih belum cekatan juga. Trus kalo Akas udah nangis-nangis, Akas menolak mengisap payudara saya, sementara biar sufornya ngalir Akas mesti mengisap dulu. Jadi saya akali aja dengan ngasih sufornya dulu dengan sendok, sambil coba disodori payudara. Intinya dia mesti dapat susu hal baru ini juga bukan bebas komentar. Saat Akas udah nangis-nangis, dibilang Akas ga bakal mau, kasih sufor pakai dot aja lah. Fyuuuh. Saya udah bertekad kuat untuk stop dosis sufornya sendiri, awalnya saya coba bikin 60 mL untuk sekali nyusu, tapi begitu sufornya habis, Akas masih nangis kenceng. Akhirnya saya pake dosis 90 mL aja kalo 60 mL rasanya kurang. Dan berhubung tiap lapar saya maunya Akas nyusu ke saya, hampir tiap kali menyusui saya pakai suplementasi. Alhasil konsumsi sufornya jadi lebih banyak daripada biasanya, bisa total >400 mL/ juga sih konsumsi sufornya jadi banyak. Tapi dipikir-pikir, biarin aja lah. Tujuan utama saya di awal ini adalah supaya Akas ga nolak nyusu ke saya dalam kondisi terus mencoba, antisipasi supaya perlengkapan suplementasinya siap sebelum Akas nangis-nangis. Alhamdulillah dalam 1 minggu pertama, tujuan saya tercapai. Akas ga pernah nolak nyusu ke saya lagi. Penggunaan dot sudah stop total. Saat bepergian pun saya memilih untuk bawa-bawa boto susu dan NGT itu ketimbang ngasih Akas sufor pakai Oktober 2015, Konsultasi Kedua1 minggu setelah konsultasi pertama itu saya diminta untuk kontrol. Saya ceritakan pengalaman relaktasi saya seminggu ini, bahwa konsumsi sufor jadi bertambah tapi Akas udah ga nolak nyusu sama juga bilang saya merasa isapan Akas ga gitu kuat lagi ke saya. dr. N pun mengecek dengan memasukkan jari beliau pake sarung tangan karet steril tentunya ke mulut Akas dan merasakan seperti apa Akas mengenyot. Katanya sih isapannya masih bagus. Memang masih ada sisa-sisa kebiasaan pake dot, di mana lidahnya diam menunggu susunya ngalir kalo menyusu ke payudara lidah bayi mesti aktif bergerak, tapi ga masalah. Mungkin di saya isapannya ga kerasa kuat karena posisinya udah dosis Domperidone saya dinaikkan jadi pagi-siang-malam 1-2-2 karena tampaknya sebelumnya masih belum bisa ngejar produksi ASI-nya. Saya juga disuruh untuk perlahan-lahan ngurangin sufornya. Saat itu saya minta kontak pribadi dr. N juga biar saya bisa nanya ke beliau sewaktu-waktu. Konsultasi berikutnya dijadwalkan 2 minggu lagi, sekalian pas kontrol bulanan dan imunisasi 2 minggu tersebut, dosis sufor perlahan-lahan bisa dikurangi, hingga bisa maksimal 330 mL/hari. Di samping itu kalau memungkinkan, saya sempatkan untuk memompa ASI 1x di tengah yang bilang sih selama relaktasi janganlah memompa ASI dulu, fokuslah memberikan ASI dengan menyusui secara langsung. Tapi saya pikir di kondisi saya saat itu mending dipompa aja. Akas soalnya tidurnya udah teratur, tidur jam 9 malam, kalau pulas bisa baru kebangun lagi sekitar jam 2 pagi. Di antara jam-jam tersebut rasanya mending ASI-nya dipompa biar payudara saya sempat dikosongkan setelah 2-3 jam pompaan tengah malam itu pun ga banyak. Biasanya dapet 30 mL, udah dari kedua payudara. Tapi alhamdulillah ya, disyukuri Oktober 2015, Konsultasi Ketiga Akas 4 BulanHari itu saya kembali datang ke dr. N untuk konsultasi sekalian kontrol dan imunisasi karena Akas sudah berusia 4 bulan. Berat badan Akas saat itu kg, naik 700 gram dari catatan bulan pengalaman relaktasi, saya laporkan progresnya seperti biasa. dr. N menggarisbawahi bahwa konsumsi sufor yang terus berkurang menandakan ASI saya udah bertambah, tapi mungkin memang masih belum bisa mengejar kebutuhan Akas. Saya mesti rileks lagi dan lebih Domperidone saya dinaikkan lagi jadi pagi-siang-malam 2-2-2. Saya juga tetap lanjut suplementasi sambil terus perlahan ngurangin sufornya, usahakan sehari maksimal cuma 250-275 dari konsultasi ini, konsumsi sufor Akas bisa dikurangi hingga maksimal 240 mL sehari. Buat saya ini kemajuan yang luar biasa. Saya lapor ke dr. N via wa, lalu beliau menyarankan selanjutnya untuk mencoba mengurangi ke 200-250 mL konsultasi di RS waktu itu, saya ga nanya kapan kontrol berikutnya. Saya kira bulan depan aja pas kontrol bulanan Akas. Tapi pas chat di wa, dr. N nanya kapan kontrol lagi, dan akhirnya saya disuruh kontrol 1 minggu Oktober 2015, Konsultasi KeempatSaya kembali ke dr. N sesuai saran beliau. Progresnya, konsumsi sufor sempat turun ke 240 mL/hari, tapi entah kenapa sehari sebelum konsultasi ini jumlah sufornya naik lagi hingga 270 mL/ badan Akas turun 100 gram dari catatan minggu lalu, jadi kg. Saya bingung. dr. N bilang ga masalah, mungkin masalah di timbangannya atau pakaian dan diaper yang bikin beda. Maklum lah nimbangnya dalam kondisi berpakaian lengkap, ga tau diaper isinya berapa demikian, mendengar beratnya dalam seminggu turun, atau anggap lah tetap, bukan naik, saya jadi khawatir. dr. N padahal udah bilang ga apa-apa tapi tetap aja saya kepikiran. Ditambah lagi saya sempat lihat dr. N sedikit mengernyitkan kening pas saya bilang konsumsi sufor naik Domperidone saya dinaikkan lagi jadi pagi-siang-malam 3-2-2. Kata dr. N Domperidone itu sehari maksimal boleh diminum 8 butir, jadi yang saya minum belum dosis konsultasi ini, konsumsi sufor Akas malah makin naik hingga >300 mL/hari. Saya pusing, kenapa ga berkurang sufornya, huhu. Saya wa dr. N, kenapa ya, apa bayi saya emang lagi butuh banyak? Dan kata dr. N, “Bisa bu. Atau ibu yang lagi stres atau sakit jadi produksi ASI-nya turun bu.”Saya ga sakit saat itu. Stres kah? Awalnya saya merasa saya baik-baik aja, ga stres. Tapi begitu diskusi sama suami, suami menilai mungkin saya memang stres karena target pengurangan sufor yang ambisius, yang jadinya justru malah membebani saya. Memang, begitu bisa mencapai angka 240 mL/hari, saya berharap banget bisa segera turun ke <200 mL/hari. Jadilah setiap saat saya dibayang-bayangi angka-angka, sudah berapa mL sufor hari ini? Saya jadi ga rileks. Saya stres. Perjalanan ASI Akas 4 Kenapa ASI Saya Sedikit?Percuma juga denial. Suami nyaranin saya santai aja, ga usah pasang target ambisius lagi. Kalau emang butuh sufornya agak banyak, ya sudah, jangan jadi beban. Sungguh, pengalaman relaktasi ini perjuangan November 2015, Konsultasi Kelima Akas 5 BulanSaat itu Akas sudah hampir berumur 5 bulan. Berat badan Akas kg, cuma naik 100 gram dari catatan saat usianya 4 bulan. Tapi masih dalam batas normal, masih di pita hijau yang sama. Kalau lihat tren berat badan akas di grafik KMS sih idealnya beratnya sekarang bisa mencapai kg. sufor, dalam 3 minggu terakhir saya memang ga berhasil lagi menguranginya ke angka 240 mL/hari, tapi paling tidak angkanya stabil di 300an mL/hari, ga pernah melebihi 400 mL/hari. Sejak suplementasi saya memang selalu mencatat berapa banyak sufor/ASIP yang dikasih ke Akas serta jamnya sehingga lama-lama saya bisa melihat N bilang, dengan sufor yang stabil segitu dan berat badan Akas naik walaupun sedikit, artinya ASI saya udah nambah, tapi memang belum bisa ngejar supaya berat Akas naiknya banyak. Lagi pula di umur segitu katanya memang rada susah ngejar kenaikan berat badan. dr. N bilang kalo saya mau ngejar kenaikan berat badan Akas, pilihannya MPASI dini atau tambah MPASI dini, dari lama saya ga mau, karena selain riskan, saya juga malas nyiapin makanan, haha. Saya juga merasa Akas belum siap untuk makan. dr. N sempat ngecek apakah Akas sudah bisa duduk tegak kalau didudukkan atau minimal berusaha menumpu dengan tangannya sebagai tanda kesiapan makan, tapi ternyata nambah sufor, saya juga merasa berat. Asa gimana gitu, sebelumnya berusaha ngurangin sufor, sekarang malah ditambah. Akhirnya saya ambil jalan tengah aja. Saya ga berusaha ngurangin sufor sebulan ini, tapi juga ga mau nambah, tetap aja pada porsi sekitar 300 mL/hari. Nanti lihat perkembangannya gimana. Lagian kan berat Akas sebenarnya masih wajar, dan sebulan lagi juga udah waktunya November 2015, Mencoba Konsultasi ke Dokter LainUdah 2 bulan pengalaman relaktasi saya, rasanya belum ada progres yang signifikan. Apalagi yang salah? Apalagi yang bisa saya lakukan?Saya pun kepikiran untuk mencoba konsultasi ke dokter lain yang juga di klinik laktasi Siloam Hospital Balikpapan. Niatnya untuk mencari pandangan lain dan mencari tahu apalagi yang bisa saya lakukan untuk meningkatkan produksi ASI saya. Saya merasa refill ASI saya itu lambat. Lumayan kan kalau dapat pencerahan kenyataan ga sesuai harapan. Baru masuk dan tadinya pengen cerita panjang lebar dulu, keburu dipotong oleh dokter yang sepertinya sudah baca catatan medis saya dari dr. N. Saya ditanyai kenapa saya masih memikirkan perkara ASI saya, bukan kah bayi saya sudah akan MPASI? Beda dengan pasiennya sebelumnya yang memiliki bayi masih Sebenarnya lama banget saya berada di ruangan dokter tersebut, lebih lama dari konsultasi saya dengan dr. N. Banyak hal yang beliau jelaskan, mulai dari hitung-hitungan bahwa ASI saya sudah cukup untuk Akas dengan sufor yang cuma 300 mL/hari, tentang kenapa bayi butuh MPASI di usia 6 bulan, tentang kenapa di usia menjelang MPASI berat badan bayi susah naik bahkan pada bayi yang ASI eksklusif sekalipun, dll. Saya sempat minta diajari cara memerah ASI pake tangan, tapi ternyata saya ga juga bilang minum sufor itu ga segitu buruknya, karena sufor itu sudah difortifikasi dengan zat besi, jadi bisa menurunkan risiko terkena ADB dibanding bayi yang ASI eksklusif. Uh, pasti langsung mikir kan, dokter klinik laktasi kok ngomongnya gitu? Saya juga mikir gitu, tapi sekejap kemudian beliau lanjut ngomong, bahwa bukan berarti beliau pro sufor, tapi ya maksudnya biar saya ga stres amat karena bayinya minum Akas dan Screening Anemia Defisiensi Besi ADBSaat saya bertanya, kira-kira apalagi yang bisa saya lakukan untuk meningkatkan produksi ASI, lagi-lagi saya dibilangin kenapa masih aja mikirin soal ASI, ini bayinya udah mau mulai lepas dari ASI, saya mestinya sekarang fokus ke MPASI. Saya mesti berpikiran positif aja sekarang, yakin kalo ASI-nya sadar apa yang dijelaskan panjang lebar oleh dokter tersebut banyak benarnya. Hanya saja saya sedih ga dapat jawaban sesuai harapan saya. Saya juga sampai nangis dan bertanya dalam hati, apa sudah segitu terlambatnya atau udah bukan waktunya lagi untuk mengusahakan ASI yang lebih banyak untuk Akas?–Jujur, pengalaman relaktasi ini sangat saya harapkan sebagai upaya yang memberi hasil signifikan dalam mencapai cita-cita full ASI. Tapi rupanya udah hampir 3 bulan mencoba pun saya belum N pernah bilang kalau saat itu belum berhasil, semoga nanti bisa stop sufor setelah Akas MPASI. Baiklah, semoga. Yang bisa saya lakukan saat itu hanyalah meneruskan ikhtiar saya, jangan pernah yang lagi relaktasi juga? Tetap semangat dan hindari stres ya. 🙂Ada yang punya pengalaman relaktasi? Share yuk. 🙂Salam, Beberapa hal bisa membuat ibu berhenti menyusui, baik itu alasan medis ataupun nonmedis. Hal ini akan membuat payudara berhenti memproduksi ASI. Relaktasi adalah upaya untuk mulai menyusui kembali setelah sempat berhenti. Relaktasi biasanya dilakukan oleh ibu yang sempat berhenti menyusui, namun memutuskan untuk memulai lagi. Seorang ibu bisa saja berhenti menyusui karena alasan sakit atau karena sejak awal memang kesulitan untuk menyusui. Bila ibu sempat berhenti menyusui, tidak ada lagi rangsangan untuk memproduksi ASI dan tubuh akan mengira bahwa ASI sudah diperlukan lagi. Oleh karena itu, produksi ASI akan berkurang dan lama-kelamaan berhenti. Namun, ini tidak berarti ibu tidak bisa menyusui anaknya lagi setelahnya. Walaupun tidak mudah dan membutuhkan ketekunan, ada cara yang bisa dilakukan untuk ibu relaktasi dan mengembalikan produksi ASI. Faktor yang Meningkatkan Keberhasilan Relaktasi Tingkat keberhasilan relaktasi berbeda-beda pada tiap orang. Kegagalan relaktasi mungkin saja terjadi. Namun, ada ibu yang berhasil mengeluarkan ASI kembali dalam beberapa hari atau minggu, meskipun ada pula yang membutuhkan waktu lebih lama dari itu. Beberapa faktor yang bisa meningkatkan keberhasilan ibu menyusui dalam melakukan relaktasi adalah Usia bayi masih di bawah 3–4 bulan Adanya kemauan yang tinggi untuk kembali menyusui bayi Cara melakukan relaktasi yang tepat Dukungan yang besar, baik dari pasangan, keluarga, atau teman Kenali Beragam Tips Melakukan Relaktasi Bagaimanakah cara untuk melakukan relaktasi yang tepat? Yuk, ketahui caranya di bawah ini Sering menempelkan puting ke mulut bayi Cobalah untuk menyusui Si Kecil setiap 2 jam sekali, selama 15–20 menit, walaupun ASI tidak keluar. Semakin sering Bunda menempelkan puting ke mulut Si Kecil, semakin besar kemungkinan ASI akan kembali mengalir. Apabila Si Kecil belum tertarik untuk menyusu, jangan memaksanya dan coba lagi di jam-jam berikutnya. Sering memerah payudara untuk merangsang produksi ASI Memerah payudara dapat dilakukan 3–4 kali sehari dengan menggunakan pompa maupun tangan. Tindakan memerah ini sama dengan saat bayi mengisap puting ibu sehingga dapat merangsang payudara untuk memproduksi ASI kembali. Rutin mengonsumsi makanan peningkat produksi ASI Konsumsilah makanan-makanan yang dapat meningkatkan produksi ASI booster ASI, seperti bayam, alpukat, bawang putih, kacang-kacangan dan biji-bijian. Bila perlu, Bunda bisa berkonsultasi dengan dokter untuk mengonsumi suplemen penambah ASI. Bila ASI belum kunjung keluar atau Si Kecil masih lebih memilih minum susu formula melalui dot, Bunda dapat memberikan susu formula dengan posisi seperti menyusui dari payudara. Caranya adalah dengan meletakkan dot persis di atas puting Bunda. Dengan begini, Si Kecil bisa terbiasa dengan posisi menyusu seperti ini. Proses memulai relaktasi hingga bisa menyusui seperti biasa bisa melelahkan dan sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu, diperlukan kesabaran dan niat yang kuat sedari awal memulainya. Tanamkan pula rasa optimis bahwa Bunda bisa kembali memproduksi ASI dan Si Kecil akan terbiasa lagi untuk menyusu. Jika Bunda tidak kunjung berhasil melakukan relaktasi, berkonsultasilah dengan dokter atau ahli laktasi. Kemungkinan Bunda memerlukan pemeriksaan atau bimbingan dari tenaga profesional untuk bisa menyusui kembali.

pengalaman ibu yang berhasil relaktasi